Tidak diragukan lagi dalam suatu organisasi, unsur manusia (Man), merupakan unsur utama di luar unsur-unsur lainnya dalam manajemen. Dari Manusia lah unsur-unsur lain bersandar dan bergerak, maka ketika tiada resources berupa Manusia, maka proses administrasi dalam arti luas atau manajemen khususnya tidak berjalan.
Manusia sebagai figur sentral dalam manajemen, merupakan unsur yang harus dilestarikan atau dengan kata lain harus dijaga ketersediaannya, dalam hal ini ketersediaan dalam kualitas maupun dalam kuantitas. Banyak organisasi yang sebelumnya powerfull tiba-tiba kolaps dan mati ketika ketersediaan resourcces bernama manusia ini tidak terpenuhi. Banyak organisasi mampu bertahan dalam himpitan krisis moneter, suhu politik yang tidak bersahabat, atau tekanan dari pihak luar organisasi karena memiliki sistem kaderisasi yang baik.
Salah satu indikator sehatnya suatu organisasi adalah ketika terjadi peralihan generasi/regenerasi organisasi dapat berjalan seperti kondisi sebelumnya, bahkan lebih. Regenerasi dapat didefinisikan sebagai sutu perpindahan tongkat estafet dalam berorganisasi dari generasi yang lebih senior ke generasi yang lebih junior, dengan definisi senior dan junior sebagai peristilahan yang luas, bisa dari sisi usia, tahun masuk menjadi anggota dalam suatu organisasi dan lainnya). Sedangkan kaderisasi merupakan suatu usaha yang dirintis untuk mempersiapkan kader-kader penerus dalam suatu proses regenerasi.
Dengan kata lain proses regenerasi merupakan suatu hal yang pasti terjadi bilamana suatu organisasi hendak dipertahankan, tanpa melihat lebih dalam kualitas dari orang-orang yang terlibat dalam proses regenerasi. Sedangkan kaderisasi cenderung kepada proses regenerasi yang telah direncanakan sebelumnya, utamanya dari sisi kualitas. Sistem Kaderisasi telah melihat hal-hal kedepan terkait dengan resouces yang ada di organisasi, pos-pos mana yang haus segera diisi dari kekosongan, termasuk didalamnya bagaimana mencetak kader-kader yang handal serta terampil dan berpengetahuan dalam menjalankan organisasi sesuai pos nya kelak. Regenerasi dan kaderisasi merupakan suatu term yang wajib dijadikan ingatan pertama dan utama bagi bagian yang mengelola resource sumber daya manusia. Padanyalah dipertaruhkan masa depan organisasi, keberlagnsungan atau hidup matinya.
Beberapa waktu lalu saya pernah terlibat dalam kegiatan kerohanian islam di STIA LAN Jakarta (2005-2007). Saya ingat betul, dalam masa-masa itu organisasi terasa hidup dan aktif dalam berbagai kegiatan. Beberapa kader bahkan dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan lain di luar kegiatan Rohani islam oleh organisasi lain di lingkungan kampus. Hingga tahun 2007 akhir jelang 2008 dimana kader-kader dalam organisasi mulai merampungkan tugasnya sebagai mahasiswa di kampus tersebut, mulailah terasa arti dari suatu istilah regenerasi dan kaderisasi. Pada masa itu walaupun tidak terlalu memuaskan, pendahulu-pendahahulu dalam organisasi mampu menghadirkan kepengurusan baru dalam orgnasisai kerohanian islam. Tidak banyak yang dihasilkan dalam proses kaderisasi, karena sudah menjadi hal yang umum dalam organisasi-organisasi yang level maturity nya masih rendah kerapkali sering melupakan sistem kaderisasi dalam organisasi. Celakanya setelah proses regenerasi berlangsung, tampaknya tidak berjalan begitu mulus, masih terdapat campur tangan dominan dari personal-personal yang sebelumnya telah menjadi bagian dari pihak yang “tergusur” oleh proses regenerasi. Dalam kondisi yang seperti itu, organisasi tidak dinamis sehingga cenderung vakum dalam berkegiatan, terkahir adalah tidak jauh berbeda dengna pendahulunya, proses kaderisasi tidak berjalan, menurut informasi terkahir yang saya peroleh, kepengurusan yang sekarang bingung untuk mewariskan tongkat estafet organisasi kepada para juniornya. Suatu organisasi akan mati suri perlahan [dan mungkin seterusnya].
Kondisi bersebrangan tentang regenerasi dan kaderisasi pernah saya temui pada masa-masa duduk di bangku SMU. Ketersediaan resources berupa Manusia yang berkualitas, yang seakan tidak ada habisnya, serta sistem kaderisasi yang bagus menyebabkan organisasi terus hidup dan berjalan hingga saat ini. Saya ingat ketika minggu-minggu hadir di lingkungan SMU komplek Kolonel Masturi 64, saya diperkenalkan dengan beberapa organisasi-organisasi di sekolah seperti OSIS, Majelis Pertimbangan Kelas (MPK), Pramuka, PMR dan lainnya. Tampak begitu antusias serta dengan tingkat pemahaman organisasi yang tinggi (setidaknya menurut saya) senior-senior di SMU menjeaskan tentang masing-masing organisasi di atas. Sampai akhirnya saya ikut terjun di salah satunya. Saya aktif di OSIS selama 2 tahun, saya ikut terlibat dalam proses pengkaderan, baik sebagai peserta maupun sebagai mentor bagi junior-junior yang kelak akan duduk dalam organisasi. Terasa saat indah masa-masa tersebut, masa-masa terbaik munkgin dalam melihat proses regenerasi dan kaderisasi berjalan.
Pada kesempatan ini tentunya saya mengingatkan pada diri saya pribadi juga kepada aktor aktris organisasi, baik dilingkungan pemerintahan, perusahaan, LSM, parpol maupun kampus dan sekolah serta organisasi lainnya bahwa proses kaderisasi amat penting guna menunjang regenerasi organisasi. Tidak hanya pada unit yang mengelola sumber daya manusia sebagai penanggung jawab utama dalam hal ini melainkan seluruh pelaku dalam organisasi.
Manusia sebagai figur sentral dalam manajemen, merupakan unsur yang harus dilestarikan atau dengan kata lain harus dijaga ketersediaannya, dalam hal ini ketersediaan dalam kualitas maupun dalam kuantitas. Banyak organisasi yang sebelumnya powerfull tiba-tiba kolaps dan mati ketika ketersediaan resourcces bernama manusia ini tidak terpenuhi. Banyak organisasi mampu bertahan dalam himpitan krisis moneter, suhu politik yang tidak bersahabat, atau tekanan dari pihak luar organisasi karena memiliki sistem kaderisasi yang baik.
Salah satu indikator sehatnya suatu organisasi adalah ketika terjadi peralihan generasi/regenerasi organisasi dapat berjalan seperti kondisi sebelumnya, bahkan lebih. Regenerasi dapat didefinisikan sebagai sutu perpindahan tongkat estafet dalam berorganisasi dari generasi yang lebih senior ke generasi yang lebih junior, dengan definisi senior dan junior sebagai peristilahan yang luas, bisa dari sisi usia, tahun masuk menjadi anggota dalam suatu organisasi dan lainnya). Sedangkan kaderisasi merupakan suatu usaha yang dirintis untuk mempersiapkan kader-kader penerus dalam suatu proses regenerasi.
Dengan kata lain proses regenerasi merupakan suatu hal yang pasti terjadi bilamana suatu organisasi hendak dipertahankan, tanpa melihat lebih dalam kualitas dari orang-orang yang terlibat dalam proses regenerasi. Sedangkan kaderisasi cenderung kepada proses regenerasi yang telah direncanakan sebelumnya, utamanya dari sisi kualitas. Sistem Kaderisasi telah melihat hal-hal kedepan terkait dengan resouces yang ada di organisasi, pos-pos mana yang haus segera diisi dari kekosongan, termasuk didalamnya bagaimana mencetak kader-kader yang handal serta terampil dan berpengetahuan dalam menjalankan organisasi sesuai pos nya kelak. Regenerasi dan kaderisasi merupakan suatu term yang wajib dijadikan ingatan pertama dan utama bagi bagian yang mengelola resource sumber daya manusia. Padanyalah dipertaruhkan masa depan organisasi, keberlagnsungan atau hidup matinya.
Beberapa waktu lalu saya pernah terlibat dalam kegiatan kerohanian islam di STIA LAN Jakarta (2005-2007). Saya ingat betul, dalam masa-masa itu organisasi terasa hidup dan aktif dalam berbagai kegiatan. Beberapa kader bahkan dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan lain di luar kegiatan Rohani islam oleh organisasi lain di lingkungan kampus. Hingga tahun 2007 akhir jelang 2008 dimana kader-kader dalam organisasi mulai merampungkan tugasnya sebagai mahasiswa di kampus tersebut, mulailah terasa arti dari suatu istilah regenerasi dan kaderisasi. Pada masa itu walaupun tidak terlalu memuaskan, pendahulu-pendahahulu dalam organisasi mampu menghadirkan kepengurusan baru dalam orgnasisai kerohanian islam. Tidak banyak yang dihasilkan dalam proses kaderisasi, karena sudah menjadi hal yang umum dalam organisasi-organisasi yang level maturity nya masih rendah kerapkali sering melupakan sistem kaderisasi dalam organisasi. Celakanya setelah proses regenerasi berlangsung, tampaknya tidak berjalan begitu mulus, masih terdapat campur tangan dominan dari personal-personal yang sebelumnya telah menjadi bagian dari pihak yang “tergusur” oleh proses regenerasi. Dalam kondisi yang seperti itu, organisasi tidak dinamis sehingga cenderung vakum dalam berkegiatan, terkahir adalah tidak jauh berbeda dengna pendahulunya, proses kaderisasi tidak berjalan, menurut informasi terkahir yang saya peroleh, kepengurusan yang sekarang bingung untuk mewariskan tongkat estafet organisasi kepada para juniornya. Suatu organisasi akan mati suri perlahan [dan mungkin seterusnya].
Kondisi bersebrangan tentang regenerasi dan kaderisasi pernah saya temui pada masa-masa duduk di bangku SMU. Ketersediaan resources berupa Manusia yang berkualitas, yang seakan tidak ada habisnya, serta sistem kaderisasi yang bagus menyebabkan organisasi terus hidup dan berjalan hingga saat ini. Saya ingat ketika minggu-minggu hadir di lingkungan SMU komplek Kolonel Masturi 64, saya diperkenalkan dengan beberapa organisasi-organisasi di sekolah seperti OSIS, Majelis Pertimbangan Kelas (MPK), Pramuka, PMR dan lainnya. Tampak begitu antusias serta dengan tingkat pemahaman organisasi yang tinggi (setidaknya menurut saya) senior-senior di SMU menjeaskan tentang masing-masing organisasi di atas. Sampai akhirnya saya ikut terjun di salah satunya. Saya aktif di OSIS selama 2 tahun, saya ikut terlibat dalam proses pengkaderan, baik sebagai peserta maupun sebagai mentor bagi junior-junior yang kelak akan duduk dalam organisasi. Terasa saat indah masa-masa tersebut, masa-masa terbaik munkgin dalam melihat proses regenerasi dan kaderisasi berjalan.
Pada kesempatan ini tentunya saya mengingatkan pada diri saya pribadi juga kepada aktor aktris organisasi, baik dilingkungan pemerintahan, perusahaan, LSM, parpol maupun kampus dan sekolah serta organisasi lainnya bahwa proses kaderisasi amat penting guna menunjang regenerasi organisasi. Tidak hanya pada unit yang mengelola sumber daya manusia sebagai penanggung jawab utama dalam hal ini melainkan seluruh pelaku dalam organisasi.
No comments:
Post a Comment