Wednesday, May 26, 2010

Jose Mourinho Leadership

Bukan pengamat bola, pemain atuh pelatih. Persisnya hanya sebagai penikmat berita-berita sepakbola yang ada di Media.

Belakangan ini hangat dibicarakan mengenai sukses Inter Milan yang berhasil meraih trofi liga Champion untuk menyempurnakan Treeble Winner setelah sebelumnya memenangi Liga Italia dan Copa Italia. Sesuatu yang spesial tentunya untuk klub-klub yang ada di daratan Itali terkait hal ini. Inter merupakan tim pertama yang memperoleh Treeble Winner di itali atau ke enam di eropa.

Kesuksesan inter tidak terlepas dari campur tangan seorang pelatih bertangan dingin yakni Jose Mourinho. Bukan rahasia lagi kurang lebih setengah abad Inter tidak pernah menjuarai Liga Champion, pun kehadiran sederet bintang di Internazionale hingga beberapa pelatih ternama tak mampu mengangkat pamor serta prestasi Inter Milan di Eropa.


2 musim di Internazionale Mourinho memberikan gelar yang begitu bergengsi yakni Liga Champion.

Siapa Mourinho? Barangkali tidak perlu disebutkan satu persatu perihal mengenai Mourinho.

Satu hal yang menarik penulis untuk sedikit menulis mengenai dirinya adalah mengenai kepiawaian Mou dalam mengatur suatu tim. Kemampuan mengelola tim, kemampuan mengelola resource yang ada pada suatu tim. Lebih jauh adalah kemampuan manajerial Mou dalam memimpin suatu unit organisasi.

Strong leader, barangkali terminologi tersebut yang cocok untuk menggambarkan sisi-sisi Mourinho sehingga mampu memimpin suatu tim dengan baik serta bergelimang kesuksesan.

Menilik pada teori-teori kepemimpinan ada 3 teori terkait kepemimpinan, yakni :
1. Teori Keturunan (heriditary theory)
2. Teori Kejiwaan (psychological theory)
3. Teori Lingkungan (situational theory)

Teori keturunan berpegang kepada prinsip bahwa pemimpin itu dilahirkan (leaders are born and not made). Sejak lahir seseorang telah memiliki kemampuan untuk memimpin hingga dewasa dan seterusnya.

Teori Kejiwaan lebih rasional dalam melihat arti suatu kepemimpinan, pernyataan terkait dengan kepemipinan dalam teori kejiwaan adalah kepemimpinan dapat dibentuk/dipelajari (leaders are made not born). Siapapun dapat belajar untuk menjadi seorang pemimpin, itu intinya.

Teori Situasional merupakan sintesa dari 2 teori diatas, lebih dari penggabungan dua buah pemikiran yang beda diatas. Pada kenyataannya terjadi situasi-situasi yang memunculkan pemimpin-pemimpin, beberapa orang memiliki bakat kepemimpinan namun akibat situasi yang tidak memungkinkan bakat tersebut menjadi tersiakan. Beberapa orang ditempa untuk menjadi pemimpin namun karena usaha-usaha yang dilakukan tidak tepat dan memang dalam banyak hal perlu bakat alami untuk menjadi seorang pemimpin, maka usaha yang ditempuh akan tidak optimal.

Asal muasal suatu kepemimpinan sedikit banyak akan berimbas kepada gaya seperti apa yang akan diterapkan dalam memimpin, kaitannya dengan tema dalam tulisan ini adalah gaya seperti apa yang akan dimainkan dalam memimpin suatu tim.

Terkait dengan tokoh kita dalam tulisan ini, saya berasumsi bahwa Mou adalah pembelajar yang cerdas. Beberapa pernyataan yang penulis nukil dari beberapa Media, misalnya dalam Goal.com Mou berujar “Saya 3 tahun menghabiskan waktu bersama Van Gaal, namun 41 tahun saya belajar”. Kompas dalam sebuah artikelnya menyebut bahwa Mou “Pernah kuliah di jurusan ilmu olahraga Universitas Lisbon dan pernah kursus kepelatihan di Inggris dan Skotlandia”, atau ulasan-ulasan dari beberapa media yang mengisahkan perjalanan Mourinho, dari mulai sebagai asisten pelatih di Nou Camp selama kurang lebih 4 tahun dari Era Robson hingga Van Gaal, kemudian sempat melatih di Benfica, membawa club kecil Uniao de Leiria diposisi lima klasmen akhir, membawa FC Porto 2 kali menjadi juara di liga Portugal, juara UEFA dan Champion League, kemudian melatih Chelsea untuk menjadi kekuatan baru di Premiership, terkahir adalah membawa Intermilan merengkuh dua scudetto berturut-turut, Copa Itali dan yang terakhir adalah Liga Champion.

Jelas terlihat kemampuan Mou sebagai pemimpin pembelajar, jika kita perhatikan dengan seksama prestasi yang diperoleh Mou selalu meningkat sejalan dengan proses belajar yang ia lakukan. Mulai dari klub kecil, mulai dari tantangan kecil hingga ke klub besar dengan tantangan yang lebih besar, dengan tentunya dia telah mempersiapkan diri untuk itu semua, dengan kata lain Mou telah belajar untuk memimpin di mana dia akan tinggali.

Kemampuan me-manage resource yang dilakukan oleh Mou adalah tepat. Barangkali hal tersebut cocok digunakan sebagi contoh pengunaan jargon-jargon ilmu Administrasi dan Mangement, yakni EFEKTIF dan EFISIEN. Mou biasanya selalu memilih tim yang tepat untuk menghadapi setiap pertandingan. Melihat secara situasional siapa yang akan dihadapi, serta cara-cara seperti apa yang akan digunakan.

Media melihat selama ini Mo sebagai seorang pragmatis yang akan menggunakan cara apapun untuk menang, termasuk dengan menggunakan negatif football. Saya berpendapat itu hanyalah segelintir kemampuan Mou untuk memilah resource yang dimiliki dalam mencapai tujuan. Suatu saat saya yakin, Mou akan memutarbalikkan pandangan semua orang yang beranggapan dia seorang penganut negatif football. Dia akan memperagakan sepakbola yang atraktif disaat dia memiliki reources yang cukup untuk melakukan itu. Liat saja!.

No comments:

Post a Comment