Pentingnya ITIL
Anda seorang developer aplikasi, sedang asyik coding,
tiba-tiba User menanyakan mengapa mereka tidak bisa melakukan printing
dari aplikasi yang anda buat. Atau anda seorang Network Enginer mendapat
call dari pimpinan institusi (merujuk kepada BUMN, Swasta dan Government)
untuk melakukan troubleshoot pada workstation-nya yang
bermasalah. Sekali dua kali mungkin masih bisa kita tolerir. Namun jika frekuensinya
besar dan berulang menjengkelkan bukan?.
Investasi Teknologi
Informasi (TI) oleh unit TI sering dipandang oleh bagian lain institusi sebagai suatu pemborosan, tidak
penting. Tidak adanya single point of contact untuk
dukungan TI user, membuat user bingung dan frustasi kemana mereka melapor.
Beban kerja tidak tercatat atau manajemen yang tidak memiliki kontrol terhadap
bawahan. Hal-hal tersebut lumrah dalam pengelolaan layanan TI.
Dalam dunia layanan tentunya kita menginginkan suatu produk TI, live dalam lingkungan produksi tanpa
cacat atau benar-benar layak terbit dengan segala resiko yang telah
diminimalisir dan diperhitungkan. Bukan produk yang belum jadi atau dikemudian
hari menimbulkan banyak masalah.
Pertanyaanya adalah bagaimana untuk mewujudkan itu semua?
Antara lain jawabannya dengan
mengadopsi suatu good practice dalam mengelola layanan TI.
Mengapa hal ini dilakukan?
Mengingat dinamika organisasi dan teknologi yang sedemikan pesat, khususnya dalam dunia TI, dan meningkatnya ekspektasi akan layanan TI yang
handal serta berbekal semangat untuk meningkatkan kualitas layanan TI, maka mengadopsi good practice dapat membantu penyedia layanan TI untuk menciptakan sistem
manajemen layanan yang efektif.
Good practice dapat berasal dari berbagai sumber, seperti Common
framework yang terkenal (seperti ITIL, COBIT dan
CMMI), Standar (seperti ISO / IEC 20000 dan ISO 9000), dan Pengetahuan milik perorangan atau
organisasi.
Mengapa memilih ITIL?
Pilihan cerdas, tidak perlu
diragukan ITIL adalah salah satu yang terbaik dalam bidang
ini. ITIL
menyediakan kerangka kerja bagi tata kelola TI, “membungkus layanan”, dan berfokus pada pengukuran
terus-menerus serta perbaikan kualitas Layanan TI yang diberikan, baik dari sisi bisnis dan perspektif pelanggan.
Beberapa manfaat ITIL meliputi:
- Peningkatan kepuasan pengguna dan pelanggan dengan layanan TI
- Meningkatkan ketersediaan layanan, untuk meningkatkan keuntungan bisnis
- Penghematan keuangan melalui pengurangan pengerjaan ulang, waktu yang hilang, dan peningkatan penggunaan manajemen sumber daya
- Meningkatkan waktu terhadap pasar, sehingga produk dan jasa baru dapat diciptakan
ITIL atau Information Technology Infrastructure Library
(diterjemahkan menjadi Pustaka
Infrastruktur Teknologi Informasi), adalah
sekumpulan konsep dan praktikal dalam menjalankan pengelolaan infrastruktur, pengembangan, serta operasional TI di suatu institusi. Diciptakan akhir 1980-an oleh CCTA (Central Computer and
Telecommunications Agency), organisasi milik pemerintah Inggris yang bergerak di bidang komputer dan telekomunikasi berupa
kumpulan SOP (Standard Operating Procedure). Dikenal sebagai ITIL versi 1.
Tahun 1999 diterbitkan ITIL versi 2. Secara garis besar memandang perlunya keselarasan (alignment) antara
proses bisnis dengan IT. Versi ini berisi 2 proses besar, Service Delivery
(terdiri dari Service Level Management, Capacity, Availability, IT Service Continuity, dan Financial Management). Service Support (terdiri dari Incident, Problem, Configuration, Change dan, Release
Management serta fungsi Service Desk).
Tahun 2007 telah rilis ITIL versi 3. Dengan sudut pandang baru integrasi antara bisnis dan layanan TI dalam
sebuah daur hidup berulang. Versi ini terdiri dari 5 proses besar yakni Service
Strategy, Design, Transition, Operation, dan Continual
Service Improvement.
Tantangan
Bagian menarik ketika kita mengimplementasikan sistem
baru adalah munculnya tantangan untuk ditaklukan. ITIL sebagai guideline
IT Service Management, menyelaraskan 3 komponen yakni People, Process
dan Technology untuk menghasilkan layanan yang excellent. Ketiga
hal tersebut, People terkait dengan SDM dalam institusi khususnya yang
berperan dalam implementasi ITIL. Process dimaksud adalah proses yang
berjalan dalam institusi dalam rangka mendukung layanan TI. Sedangkan Technology
adalah teknologi yang digunakan dalam
mendukung implementasi, didalamnya mencakup sarana dan prasarana pendukung
lainnya.
Tantangan terbesar adalah Komitmen Pimpinan. Pimpinan
memiliki peran, kekuatan dan kekuasaan untuk menggerakan segala resources
dalam institusi. Komitmen pimpinan harus menyeluruh, sekali commit untuk
implementasi selanjutnya harus terus mendukung proses tersebut. Bentuk komitmen
dari pimpinan diantaranya berupa policy, aturan main yang mengikat
seluruh komponen untuk bersama-sama mengimplementasikan ITIL. Pun berupa tindakan
misalnya mau turun ke bawah door to door mengecek proses implementasi, hal
tersebut akan menjadi nilai yang sangat berharga dalam proses implementasi.
Apabila tantangan ini berhasil ditaklukan dapat dikatakan
setengah implementasi ITIL telah berhasil.
Tantangan kedua adalah budaya kerja. Secara umum
masyarakat kita belum biasa bekerja dengan segala sesuatu yang terukur,
terdokumentasi dan sesuai prosedur. ITIL mengamanatkan setiap pekerjaan
tercatat, dan dapat diukur diantaranya melalui penghitungan KPI (Key Performance
Index). Dari sisi user, yang sebelumnya terbiasa langsung menghubungi
personal dibagian teknis tentunya perlu effort untuk mengarahkan mereka
menghubungi single point of contact Service Desk. Tantangan budaya kerja
akan lebih besar di lingkungan government dibanding swasta. Hal lain
dalam budaya kerja adalah sangat mungkin terjadinya culture shock apabila
implementasi ini tidak disertai dengan proses change management yang
baik.
Tantangan ketiga adalah struktur organisasi. Baik swasta
maupun government memiliki cerita sendiri mengenai struktur organisasi. Di
sektor swasta lebih fleksibel dalam urusan struktur dibanding government.
Pengalaman implementasi ITIL di lingkungan government, struktur
organisasinya bersifat hirarki, berbeda dengan ITIL yang sifat organisasinya
bersifat matrik. Implikasinya dalam penyelesaian incident maupun service
request (keduanya istilah genuine dalam ITIL, diartikan sebagai
gangguan dan permintaan) sulit dalam penyelesaianya. Dalam organisasi matrik
dimungkinkan seorang bawahan memiliki atasan langsung yang berbeda-beda dan
lebih dari seorang!. Bandingkan dengan organisasi hirarki yang sudah mematok
seorang bawahan memiliki seorang atasan dan seterusnya.
Mengatasi tantangan ini diantaranya dengan “penyuntikan” roles
ITIL kedalam existing
struktur organisasi berupa Uraian Jabatan, SOP, maupun Pembentukan Tim Adhoc
ITIL dalam struktur yang ada.
Keempat, tantangan berupa pemenuhan Teknologi termasuk
didalamnya fasilitas, sarana dan prasarana. Fasilitas sarana dan prasarana
sifatnya sudah umum berupa ruang kerja, workstation, network, telepon
dan sarana pendukung standar perkantoran lainnya. Tantangan khusus dalam area
teknologi yang berkorelasi langsung dalam implementasi ITIL adalah aplikasi
pendukung yang mencakup didalamnya CMDB (Configuration Management Database)
dan KMS (Knowledge Management System). Pemilihan produk yang tepat dapat
memudahkan proses implementasi.
Persiapan
Implementasi
Setelah tau manfaat serta tantangan yang ada dalam ranah
implementasi, selanjutnya apa yang perlu dilakukan?
Ada 2 hal yang perlu diambil, pertama segera implementasi
ITIL. Kedua, menundanya.
Keduanya memerlukan persiapan untuk dilakukan. Akan
diperlukan waktu, perencanaan serta ketelitian dan komitmen untuk percaya dan
mau menjalankannya. Beberapa persiapan yang dapat kita lakukan sebelum
implementasi ITIL antara lain:
Pertama, share ide implementasi ITIL ini kepada
seluruh karyawan atau pegawai di institusi kita. Kedua, lakukan assement
terhadap proses-proses yang berjalan dalam layanan TI kemudian bandingkan
dengan proses-proses pengelolaan layanan pada ITIL. Boleh jadi suatu institusi
yang sama sekali belum pernah mengenal ITIL namun dalam proses layanan TI nya
sudah mengimplementasikan sebagian atau malah seluruh proses ITIL. Ketiga, secara
pararel kirim karyawan atau pegawai untuk belajar mengenai ITIL. Hal ini dapat
menjadi pemicu semakin mudah implementasi dan akan ada proses transfer
knowledge ke karyawan atau staf yang lain dalam institusi. Keempat, susun SOP
sesuai dengan kaidah-kaidah ITIL dan suntikan kedalam struktur yang ada.
Kelima, otomasi sistem menggunakan aplikasi pendukung yang mendukung proses
ITIL.
Dalam proses persiapan implementasi tersebut jika
diperlukan dapat bekerjasama dengan penyedia layanan konsultansi ITIL. Saat ini
sudah banyak tersedia di indonesia.
Selanjutnya tunggu apalagi, segera implementasi.
(dimuat pada majalah infoKomputer, edisi Juli 2012, di rubrik Expertsays dengan judul artikel "Implementasii IT Infrastructure Library: Upaya Tingkatkan Kualitas Layanan TI")
No comments:
Post a Comment