I.
Pendahuluan
A.
Latar
Belakang
Untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan, dua orang atau lebih dapat bekerja sama dalam
proses yang disebut administrasi. Proses tersebut terjadi dalam wadah yang
disebut organisasi. Dalam kehidupan berorganisasi terdapat proses manajemen
yang bertumpu kepada kepemimpinan. Inti dari kepemimpinan adalah pengambilan
keputusan. Didalamnya terjadi proses pemilihan alternatif yang tersedia untuk menyelesaian permasalahan
tertentu, sehingga dapat dikatakan inti dari administrasi adalah pemilihan
alternatif-alternatif untuk menyelesaikan permasalahan.
Pemimpin
memiliki peran sangat sentral dalam pengambilan keputusan. Sebaliknya dalam
proses pembuatan keputusan dapat tidak terlibat secara langsung, disinilah peran
bawahan/staf terlihat. Salah satu peran bawahan adalah menyediakan alternatif-alternatif
solusi untuk pilih oleh pimpinan menjadi sebuah keputusan. Menjadi tantangan
ketika pilihan alternatif-alternatif
yang disediakan tidak dipilih oleh pimpinan menjadi suatu keputusan. Mengapa
hal tersebut terjadi? Terdapat dua hal yang menjadi penyebab, pertama rendahnya
kualitas alternatif pilihan yang diajukan. Kedua, Pimpinan memang tidak berani
mengambil keputusan.
B.
Rumusan
Masalah
Dari
uraian latar belakang diatas dapat dirumuskan suatu rumusan masalah yakni Mengapa
pemimpin tidak berani mengambil keputusan?
II.
Kerangka
Teori
Beberapa
teori yang digunakan dalam menganalisis masalah Mengapa pemimpin tidak berani
mengambil keputusan sebagai berikut:
Keputusan
(decision) menurut Mc. Farland (1990,
116) adalah “Suatu tindakan pemilihan dimana pimpinan menentukan suatu
kesimpulan tentang apa yang harus atau tidak harus dilakukan dalam suatu
situasi tertentu.Pengambilan Keputusan
adalah tindakan, sikap, ucapan rasional mempertemukan niat dan
kesempatan untuk bertindak.”
Prof. Dr. Prajudi Atmosudirjo
mendefinisikan keputusan sebagai suatu pengakhiran dari proses pemikiran
tentang suatu masalah atau problema untuk menjawab pertanyaan apa yang harus
diperbuat guna mengatasi masalah tersebut, dengan menjatuhkan pilihan pada
suatu alternatif.
Soewarno
(1990, 117) mendefiniskan keputusan sebagai suatu perbuatan (sikap) pemilihan
daripada sejumlah kemungkinan alternatif dan sejumlah alternatif tersebut tidak
harus dipilih semua, tetapi dipilih beberapa saja, atau dipilih salah satu.
Dari
uraian mengenai keputusan tersebut dapat disimpulkan bahwa keputusan adalah
pilihan atas beberapa alternatif yang tersedia untuk mengatasi permasalahan
tertentu.
Setelah
menguraikan definisi keputusan selanjutnya perlu diuraikan definisi membuat
keputusan. Terry (1992, 17) menyebutkan definisi membuat keputusan sebagai
memilih suatu alternatif dari dua pilihan atau lebih, untuk menentukan suatu
pendapat atau perjalanan suatu tindakan.
Kualitas
keputusan terletak pada bagaimana keputusan tersebut dibuat. Beberapa langkah
pembuatan keputusan diuraikan sebagai berikut:
Menurut Simon (1960)
ada beberapa tahap pengambilan keputusan, disebutkan olehnya proses pengambilan
keputusan ada 4 tahapan yakni :
1. Intelligence :
pengumpulan informasi untuk mengindetifikasikan permasalahan
2. Design : tahap perancangan
solusi dalam bentuk alternative pemecahan masalah
3. Choice : tahap memilih dari
solusi dari alternative-alternativeyang disediakan
4. Implementation : tahap
melaksanakan keputusan dan melaporkan hasilnya
Tata
Sutabri mengemukakan 7 tahap pembuatan keputusan sebagai berikut:
1. Pemahaman
dan Perumusan masalah
2. Pengumpulan
dan analisis data yang relevan
3. Pengembangan
alternatif-alternatif
4. Evaluasi
alternatif-alternatif
5. Pemilihan
alternatif terbaik
6. Implementasi
keputusan
7. Evaluasi
hasil-hasil keputusan
Selain
berdasarkan tahapan pembuatan keputusan, pengambilan keputusan bergantung
kepada lingkungan pengambilan keputusan yakni lingkungan internal (manajemen,
sistem dan prosedur, kepemimpinan) dan lingkungan eksternal (ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan).
Terdapat
pula dimensi-dimensi yang mempengaruhi pengambilan keputusan yaitu:
1. Etika
dan moral
2. Intelektual
3. Managerial
4. Behavioral
5. Environmental
III.
Analisis
Salah
satu contoh ketidakberanian pimpinan dalam memilih alternatif-alternatif solusi
yang telah disampaikan oleh bawahan dalam pengambilan keputusan diantaranya pemimpin
tidak memilih alternatif tersebut. Ujungnya permasalahan yang memerlukan suatu
keputusan tertunda penyelesaianya atau parahnya terbengkalai menunggu apabila
ada yang mengingatkan. Pernah mendengar kalimat “Are You Stupid or Ignorance?” demikian contoh reaksi yang
dikeluarkan pemimpin terhadap usulan keputusan yang disampaikan oleh bawahan.
Arahan yang tidak jelas dari pimpinan kepada bawahan atas suatu permasalahan
disertai dengan lepas tangan dari keputusan yang telah disusun alternatifnya
oleh bawahan sehingga pada akhirnya bawahan sendiri yang memutuskan.
Dari
sudut pandang teori pengambilan keputusan hal tersebut disebabkan oleh dua hal
yakni rendahnya kualitas alternatif pilihan yang diajukan dan Pimpinan memang
tidak berani mengambil keputusan.
Dalam teori pembuatan
keputusan, keputusan yang baik setidaknya didasari oleh proses-proses berikut:
1. Pemahaman
dan Perumusan masalah
Dalam tahapan ini termasuk
didalamnya menentukan mana yang menjadi masalah utama mana masalah sekunder.
Salah dalam memahami permasalahan menyebabkan solusi yang diambil jauh dari
harapan.
2. Pengumpulan
dan analisis data yang relevan
Pengumpulan data-data yang
diperlukan untuk penyelesaian masalah, menentukan mana data utama, mana data
pendukung.
3. Pengembangan
alternatif-alternatif
Pengembangan alternatif
memungkinkan solusi-solusi beragam yagn dihasilkan.
4. Evaluasi
alternatif-alternatif
Setelah mengembangkan
alternatif-alternaif solusi perlu dilakukan evaluasi terhadap solusi tersebut,
sehingga hanya alternatif terbaik yang akan diusulkan untuk dipilih.
Perbaikan
terhadap proses-proses diatas disertai penjelasan yang tepat terhadap pimpinan
dapat lebih membuat pimpinan menerima alternatif keputusan untuk dipilih
sebagai keputusan.
Hal
kedua berupa ketidakberanian pemimpin untuk mengambil keputusan diantaranya
terpengaruh oleh dimensi-dimensi pengambilan keputusan. Yang paling dominan adalah
dimensi intelektual dan behavioral.
Dimensi
intelektual berdasarkan kondisi keberanian dan kompetensi menghasilkan 4 tipe
pengambil keputusan yakni tegas, lamban, plin plan dan ragu-ragu. Dalam contoh
kasus pemimpin tidak berani mengambil keputusan, pemimpin tersebut berada dalam
tipe ragu-ragu dan plin plan.
Dimensi
berikutnya adalah kebiasaan (behavioral). Dimensi ini meng-capture pemimpin
dari dua sudut yakni resiko dan ketegasan. 4 tipe pemimpin berdasar dimensi ini
adalah risk taker, decides not to lose,
decides not to win, dan safety
player.
Tipe
pemimpin dalam kasus ini dapat berada pada posisi safety player yang tidak
berani untuk mengambil resiko dan/atau melimpahkan resiko kepada bawahan.
IV.
Kesimpulan
Dari
uraian diatas disimpulkan bahwa pemimpin tidak berani mengambil keputusan
disebabkan karen rendahnya kualitas alternatif pilihan yang diajukan dan
Pimpinan tidak berani mengambil keputusan.
Untuk mengatasi permasalahan
tersebut dilakukan perbaikan proses pembuatan keputusan dan penyampaian
alternatif keputusan yang tepat kepada pemimpin. Sedangkan untuk pimpinan yang
tidak berani mengambil keputusan adalah dengan pengembangan karakter positif
dalam dimensi-dimensi penambilan keputusan.
Daftar Pustaka
Prajudi,
Atmosudirdjo S. 1982. Beberapa Pandangan Umum Tentang Pengambilan
Keputusan : Decision Making. Jakarta: Ghalia Indonesia
Sutabri,
Tata. 2005. Sistem Informasi Manajemen.
Yogyakarta: Andi
Handayaningrat,
Soewarno. 1990. Pengantar Studi Ilmu Administrasi
dan Manajemen. Jakarta: CV Haji Masagung
Terry,
George R, Leslie W. Rue. 1992. Dasar -
Dasar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara
Sheila Pramita, Pengambilan
Keputusan di Organisasi, online diakses 20 maret
2014
http://infopelajarindonesia.blogspot.com/2013/05/pengambilan-keputusan-di-organisasi.html
No comments:
Post a Comment