Tuesday, April 7, 2009

Aktifitas Pengamen dalam Bis Kota Jurusan Blok M – Pasar Senen

BAB I
PENDAHULUAN

Antropologi berasal dari kata antropos yang berarti manusia dan logos yang berarti ilmu. Antropologi adalah ilmu tentang manusia, manusia dengan segala aspeknya. Tinjauannya secara menyeluruh dalam artian manusia ditinjau dari segi manusia sebagai mahluk biologis dan manusia sebagai mahluk sosio budaya. Dalam mempelajari manusia sebagai mahluk biologis dikenal adanya antropologi fisik, yaitu menyelidiki manusia sebagai mahluk Biologis, dengan mempelajari manusia dari sudut jasmaninya, menyelidiki asal-usul, perkembangan evolusi organik, struktur tubuh dan kelompok-kelompok manusia. Untuk mempelajari manusia sebagai mahluk Sosio Budaya dikenal adanya antropologi budaya yang menyelidiki kebudayaan-kebudayaan manusia pada umumnya dan kebudayaan di berbagai bangsa.
Antropologi penting untuk dipelajari, karena dengan memahami manusia kita bisa menentukan hal terbaik dan menghindari hal-hal yang kurang menyenangkan dalam berinteraksi sesama manusia. Oleh karena itu di Sekolah Tinggi Administrasi Negara- Lembaga Administrasi Negara sebagai salah satu mata kuliah wajib diajarkan Pengantar Antropologi untuk menambah wawasan serta kemampuan berfikir mahasiswanya.
MASALAH
Banyak hal yang berkaitan dengan judul makalah ini, klasik memang, namun masalah-masalah sosial yang berkembang dalam masyarakat masih menjadi masalah-masalah utama dalam kehidupan bermasyarakat. Salah satunya adalah masalah pengangguran. Data Badan Pusat Statistik tahun 2003 menunjukkan, hanya sekitar 2,7 persen dari angkatan kerja di Indonesia yang berpendidikan perguruan tinggi, sementara 54,6 persen angkatan kerja adalah tamatan sekolah dasar atau tidak menamatkan sekolah dasar. Tingkat pengangguran terbuka 9,53 persen pada tahun 2003 atau sekitar 9,5 juta warga negara yang sama sekali tidak mempunyai pekerjaan merupakan bukti pembenahan ekonomi belum berjalan baik. Sejumlah 36,7 persen dari penganggur terbuka ini berusia muda antara 15-24 tahun. Penganggur usia muda ini seharusnya adalah generasi muda yang masih duduk di bangku sekolah. Menurut data BPS, lapangan pekerjaan formal menciut sebesar 1,2 juta pada tahun 2003, sekitar 656.000 lapangan kerja hilang di perkotaan dan sekitar 564.000 lapangan kerja menyusut di kawasan pedesaan. Masalah pengangguran, apalagi sebagian besar pengangguran berasal dari background pendidikan yang minim, dan berusia muda, ini akan menjadi penyumbang yang besar bagi jumlah pengamen, khususnya di jakarta, kota yang dianggap oleh sebagian orang sebagai kota impian, kota yang menawarkan mimpi untuk hidup yang lebih baik. Itu baru dari masalah pengangguran, berikutnya dari masalah perekonomian.
Perekonomian masyarakat yang cenderung menurun setelah krisis ekonomi tahun 1998 secara tidak langsung menyebabkan bertambahnya jumlah pengamen di jakarta. Satu hal lagi yang turut menyumbang bertambah besarnya jumlah pengamen di jakarta adalah sistem perhubungan darat jakarta yang bisa di bilang semrawut. Transportasi darat, yang akhir-akhir ini akrab di gunakan oleh para pekerja di jakarta adalah bus kota, maklum dengan harga yang murah bisa mengantar kemana-mana. Sangat murah bila di banding dengan taksi atau ojek sepeda motor. Ditambah lagi oleh parahnya disiplin para pengguna jalan memicu terjadinya kemacetan dimana-mana, serta tingkat kejahatan yang tinggi.
POKOK MASALAH
Kenyamanan berkendaraan umum menjadi idaman bagi setiap penumpang, entah itu naik mikrolet, kereta api, bus kota atau lainnya. Hal inilah yang sebagian besar belum terpenuhi oleh pemerintah daerah DKI Jakarta, walau telah ada sebelumnya kendaraan khusus penumpang umum seperti Busway dan Kancil bahkan dengan adanya Monorel nanti. Kenyamanan dalam berkendaraan umum tidak mesti ditafsirkan dengan menggunakan kendaraan yang mewah dan megah, dengan kendaraan yang ber-AC namun bisa tercipta melalui adanya sedikit hiburan dalam bis, adanya keamanan dalam berkendaraan. Hal-hal seperti inilah yang banyak di eluhkan oleh penumpang. Khusus untuk hiburan dalam bis kota, secara mudah dapat diperoleh melalui kehadiran pengamen. Pengamen disini tentunya pengamen yang benar-benar mengamen dan dapat memberikan hiburan bagi penumpang. Aktifitas pengamen dalam bis kota sangat beragam mulai dari menyanyi, membaca puisi bahkan sampai tindakan yang semestinya bukan dilakukan oleh pengamen tapi dilakukan oleh pengamen. Hal-hal seperti itulah yang akan kita bahas kali ini.
Selanjutnya yang menjadi masalah pokok dalam makalah ini adalah kenyaman penumpang akibat ulah yang dilakukan oleh pengamen. Serta upaya untuk meminimalkan jumlah pengamen yang ada.
BAB II
OBSERVASI

Observasi yang dilakukan dalam rangka penyusunan makalah “Aktivitas pengamen dalam Bis Kota jurusan Blok M – Pasar Senen” dilakukan mulai dari pertengahan maret sampai akhir maret 2005, observasi menggunakan bus-bus yang melewati daerah Bendungan Hilir, antara lain bis P. 77 jurusan Tangerang - Pasar Senen, Bis P. 926 jurusan Pasar Senen – Blok M, bus P 42 jurusan Pasar Senen – Blok M. Observasi dilakukan pada jam-jam tertentu yakni, jam berangkat kuliah dan pulang kuliah. Rinciannya antara lain sebagai beikut :
Sabtu 12 Maret 2005 pukul 07.00 – 07.30 WIB
Naik Bis Kota jurusan Pasar Senen – Blok M P 926
Rute yang dilalui Pasar Senen – Stasiun Gambir – Monas – BI – Bunderan HI – Tosari – Dukuh Atas – Karet – Bendungan Hilir – Al Azhar – Blok M
Rincian :
Ø Naik dari terminal Pasar Senen, jumlah penumpang sekitar 20 orang
Ø Kendaraan melaju menuju daerah tujuan
Ø Daerah Tosari naik dua orang pengamen (anak-anak berusia sekitar 10 tahun)
Ø Salah seorang anak mulai membagi-bagikan amplop ke penumpang, sedang anak yang satunya mulai menyanyikan lagu sambil membentur-benturkan kekecrek (terbuat dari tutup botol yang dipaku pada kayu).
Ø Penumpang acuh tak acuh pada kedua orang anak tersebut.
Ø Ada sebagian yang peduli, dan menyisihkan sebagian hartanya ( uang receh atau permen)
Ø Setelah mengucapkan terima kasih kedua anak itu pun turun.
Ø Kendaraan terus melaju, penumpang naik – turun sesuai dengan tujuannya masing-masing
Ø Sampai di tujuan observasi untuk sementara selesai

Selasa 29 Maret 2005 pukul 18.45 – 19.30 WIB
Observasi di lakukan di Bis P 926 jurusan Blok M – Pasar Senen
Rute yang dilalui Blok M – Bendungan Hilir – karet – Bunderan HI – Harmoni – Pasar Baru – Gunung Sahari – Pasar Senen
Ø Naik dari Bendungan hilir, kendaraan sudah hampir penuh, tak banyak kursi yang kosong
Ø Keadaan penumpang terlihat lusuh, raut kecapean di wajahnya, maklum sebagian besar penumpang adalah karyawan yang baru pulang dari tempat kerja menuju rumah masing-masing.
Ø Beberapa saat kemudian masuk tukang makanan kecil (menjual kacang, aqua, buah nangka, kedondong)
Ø Menjajakan kepada penumpang, ada yang mengacuhkan ada juga yang membeli.
Ø Sampai di Karet masuk seorang pemuda, usia kira-kira 23 tahunan
Ø Mengamen, tanpa alat musik, sebelumnya diawali dengan salam pembuka dengan nada, sedikit mengancam
Ø Menyanyi satu lagu saja, terus minta duit kepada penumpang
Ø Sebagian penumpang tidak menghiraukan, tapi banyak juga ibu-ibu yang memberi uang, bisa jadi karena takut.
Ø Turun si pengamen di daerah Sudirman
Ø Tiba-tiba naik 3 orang berpenampilan sangar, berambut gondrong, mengucapkan salam membaca sebuah puisi terus minta duit sama penumpang
Ø Kebanyakan mengacuhkan, tapi seperti pengamen sebelumnya ada juga yang memberi (karena takut juga)
Ø Setelah selesai langsung turun para pengamen
Ø Turun naik para penumpang tak terasa sampai sudah di tujuan, Terminal Senen
Ø Observasi selesai untuk sementara
Rabu 30 Maret 2005 pukul 20.45 – 21.30 WIB
Ø Naik dari Bendungan Hilir pkl 20.45, jumlah penumpang sekitar 20 orang
Ø Kendaraan melaju secara cepat, karena hari telah cukup malam menyebabkan tidak terlalu macet
Ø Di daerah Karet naik dua orang pengamen membawa lat musik, masing-masing gitar dan alat semacam drum kecil terbuat dari besi yang dirangkai.
Ø Pengamen mulai melantunkan beberapa tembang setelah sebelumnya mengucapkan salam pembuka terlebih dahulu.
Ø Penumpang yang kelihatan kecapean begitu antusias menyimak lagu yang dibawakan oleh pengamen
Ø Sampai daerah Pasar Baru salah seorang pengamen mulai mengelilingkan kantong plastik (biasanya bungkus permen) keseluruh penumpang
Ø Penumpang yang kelihatan merasa puas, tanpa ragu memasukan beberapa keping uang receh, bahkan terlihat ada yang memberi lembaran uang.
Ø Pengamen turun di daerah pasar baru, bus kembali sepi, tidak lama kemudian sampai di Terminal Senen.
Pada saat pelaksanaan observasi penulis berusaha semampu mungkin untuk dekat dengan pengamen dan mengobservasi secara menyeluruh aktifitas pengamen serta tanggapan dari penumpang. Bisa dikemukakan beberapa data hasil observasi sebagai berikut :
Ø Bermacam-macamnya modus yang dilakukan oleh pengamen di dalam bus
Ø Batasan usia pengamen yang berbeda
Ø Cara mengamen yang berbeda
Ø Alat yang digunakan untuk mengamen
Ø Tanggapan penumpang yang berbeda


BAB III
ANALISA

Kehadiran pengamen sedikit banyak menjadi penghibur bagi penumpang dikala suntuk dan sumpek menghadapi buramnya suasana jakarta dikala macet. Kehadiran pengamen yang menjadi penghibur dengan melantunkan tembang-tembang yang sedang nge-hits menjadi obat tersendiri bagi penumpang, apalagi melihat pengamen yang bersungguh-sungguh dalam bernyanyi, tambah lagi disertai dengan penyajian alat musik yang mendukung menambah hiburan tersendiri bagi penumpang, terkadang bahkan ada pengamen yang nonstop dalam bernyanyi dari satu terminal ke terminal berikutnya, dan hal ini sangat menggugah hati penumpang, sehingga tanpa ragu mereka menyisihkan sebagian hartanya.
Lain lagi dengan kehadiran pengamen yang beritikad kurang baik, hanya sekedar mencari duit tanpa memperlihatkan kerjanya dalam menghibur, sehingga dia memiliki hak untuk menarik bayaran. Penumpang bus kota pasti kenal kalimat ini, "Daripada kami berbuat kriminal, lebih baik kami membaca puisi. Bukannya kami tidak bisa berbuat kriminal, namun kami sudah bertobat. Kami hanya mencari uang untuk makan. Seribu atau dua ribu tidak akan membuat Anda miskin." Meski tidak menodongkan senjata tajam, kalimat seperti itu dinilai sebagai ancaman. Kiranya hal-hal demikianlah yang menambah ketidaknyamanan dalam berkendaraan umum, sehingga wajar kalau banyak orang yang memiliki harta cukup untuk membawa kendaraan pribadi.
Bila kita perhatikan modus dari pengamen dalam mengais rezeki dalam bis kota itu tidak lah sama, ada yang hanya sekedar menjajal mental, mengasah kemampuan dalam bermusik serta bertatapan dengan banyak orang. Ada juga yang sekedar ingin mencari uang tanpa bekerja keras, alias hanya meminta-minta atau mengancam sekalian. Yang paling banyak ditemukan mungkin pengamen yang benar-benar mengamen untuk mencari nafkah karena himpitan ekonomi, ketidakmampuan untuk mencari pekerjaan lain mendorong mereka untuk mencurahkan segala kemampuan dalam menghibur penumpang dalam bis kota.
Usia pengamen pun bermacam-macam, dari usia 3 sampai 40 tahun pun tersedia dalam bis kota. Barangkali ukuran usia ini menunjukan keperluan mereka dalam mengamen dalam bis kota, yang berusia sepuluh tahun kebawah, jika diperhatikan selalu mengamen dengan jargon untuk biaya sekolah atau biaya makan. Yang berusia remaja kelihatan mengamen sebagai ajang untuk unjuk kebolehan, selain sebagai ladang untuk menyambung hidup. Lain lagi dengan yang sudah berusia dewasa, mengamen mungkin sudah menjadi pilihan hidup, jika melihat persaingan mendapat pekerjaan, maka satu-satunya kemampuan yang mereka miliki adalah dengan menjual suara di bis-bis kota yakni dengan mengamen.
Gaya mengamen atau teknik mengamen juga berbeda-beda bagi setiap pengamen. Sejatinya teknik mengamen terbagi menjadi tiga kelompok besar yakni kelompok orasi, baca puisi, dan menyanyi. Kelompok orasi biasanya dilakukan oleh para pengamen yang intelek, artinya mereka memiliki kemampuan untuk berorasi, memiliki pengetahuan yang relatif luas serta memiliki disiplin ilmu yang memadai, biasanya kelompok ini diwakili oleh kaum terpelajar dari golongan mahasiswa. Berorasi dan baca puisi merupakan inovasi-inovasi dalam mengamen, karena munculnya baru belakangan ini saja, jauh lebih muda ketimbang menyanyi yang sudah menjadi harga mati bagi setiap pengamen. Membaca puisi biasanya dilakukan oleh setiap golongan, terutama oleh pengamen-pengamen muda usia. Isi puisi biasanya maslah sosial, politik, tentang kesusahan hidup dan masalah percintaan antara remaja. Teknik bernyanyi sudah tak asing lagi bagi setiap pengamen, karena ini yang menjadi icon dalam dunia ngamen.
Cara dalam mengamen biasanya berpelurus dengan alat musik yang digunakan, alat-alat seperti gitar, kekecrek, rebana, suling, harmonika, botol di isi beras, drum kecil, bahkan tepuk tangan saja sekalipun telah menjadi alat yang efektif bagi mereka dalam mengamen, selanjutnya terserah kemampuan mereka masing-masing dalam menarik simpati penumpang.
Setelah para pengamen menunjukan kemampuan mengamen dihadapan para penumpang, proses yang ada dan amat diharapkan adalah adanya apresiasi dan partisipasi penumpang dalam menghargai karya dan usaha keras mereka. Tentunya uang yang sangat mereka harapkan untuk menyambung kehidupan mereka selanjutnya. Hal ini tentunya telah amat dimaklumi oleh penumpang. Mereka, para penumpang tentunya amat menghargai apa yang telah diberikan oleh pengamen, dalam hal ini penampilan yang menghibur, merekapun tanpa sungkan dan ragu akan menyisihkan sebagian hartanya, minimal uang receh kepada pengamen, jika mereka berlebih. Apresiasi lain diberikan kepada pengamen-pengamen yang tidak menyuguhkan hiburan dengan sungguh-sungguh, apalagi pengamen yang sekedar meminta uang tanpa berkarya. Kadang para penumpang merasa kesal dan dongkol jika hal tersebut terjadi plus tidak akan memberikan sekedar recehan kepada yang bersangkutan.
Pencipataan kenyamanan dalam berkendaraan umum menjadi tanggung jawab bersama antara penumpang, pengemudi, serta pengelola jalan. Pengamen selaku penghibur atau pencari nafkah dengan lahan bus – bus kota dapat meningkatkan eksistensinya dengan menyuguhkan kreasi-kreasi yang lebih inofativ serta tidak menjadi tambahan kejemuan bagi penumpang.
Bertambahnya jumlah pengamen khususnya di jakarta, tentunya berdampak tidak baik, apalagi bila kita menyaksikan mereka yang mengamen adalah yang seharusnya duduk dibangku sekolah-sekolah dasar dan menengah lanjutan pertama, hal ini lambat laun mematikan perkembangan sumber daya manusia bangsa kita, langkah preventif yang bisa dilakukan pemerintah adalah dengan sebaik-baiknya mengurus mereka, membuat suatu tempat penampungan bagi mereka yang tidak punya tempat tinggal sambil di kelola dengan sebaik-baiknya, apalagi hal ini termaktub dalam Undang-undang dasar 1945. Pembinaan dalam keluarga tidak kalah pentingnya dalam usaha untuk mengurangi jumlah pengamen yang ada, penanaman nilai-nilai luhur dalam keluarga merupakan suatu tindakan yang amat tepat dalam mengantisipasi bertambahnya jumlah pengamen.


BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan yang bisa diambil dari makalah berjudul “Aktivitas Pengamen dalam Bis Kota Jurusan Blok M – Pasar Senen adalah sebagai berikut :
Ø Semakin banyaknya jumlah pengamen yang ada pada bus kota-bus kota khusunya bis jurusan Blok M – Pasar Senen akibat pengangguran yang semakin hari semakin tinggi
Ø Pengamen bisa menjadi alternatif hiburan dalam kesumpekan
Ø Pengamen untuk menyambung hidupnya terus berkreasi dari satu bus ke bus yang lainnya di jakarta salh satunya pada bus kota jurusan Pasar Senen – Blok M
Ø Perbedaan modus yang dipakai oleh setiap pengamen dalam berkreasi
Ø Cara dan gaya pengamen dalam berkreasi di dalam bus kota
Ø Reaksi serta tanggapan dari penumpang bus yang berbeda

Saran yang bisa dikemukakan untuk mengatasi jumlah pengamen yang semakin bertambah antara lain sebagai berikut :
Ø Menumbuhkan kesadaran masyarakat bahwa pendidikan itu penting, agar tidak banyak anak usia sekolah yang mengamen
Ø Penyediaan lembaga-lembaga pendidikan yang terjangkau oleh masyarakat kecil
Ø Pemerintah daerah jakarta menyediakan sarana transportasi darat yang lebih manusiawi dan terjangkau oleh masyarakat luas
Ø Penyediaan lapangan-lapangan kerja yang bersifat padat karya
Ø Pembinaan dalam keluarga yang lebih intensif dan edukatif, karena negara yang kuat di topang oleh rumah tangga-rumah tangga yang kuat pula

PENUTUP

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Harapan penulis semoga kehadiran pengamen dalam bis kota-bis kota tidak dijadikan sterotif untuk bertindak secara berlebihan, dengan menjauhi atau bahkan memusuhi. Jadikan pengamen sebagai teman, sebagai saudara kita. Ingat dalam kondisi normal tidak ada orang yang pernah berharap menjadi pengamen dalam bis kota, maka hargailah mereka tanpa merugikan anda.
DAFTAR PUSTAKA

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Aksara Baru, Jakarta, 1980
Harsojo, Prof, Pengantar Antropolog , Binacipta, Bandung, 1967

No comments:

Post a Comment