Wednesday, April 8, 2009

Dampak kebakaran hutan terhadap kegiatan ekonomi nasional

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah

Karunia alam yang telah di limpahkan oleh Allah kepada bangsa indonesia, berupa posisi yang strategis, negeri yang subur dengan limpahan sumberdaya alam yang beraneka ragam, bahan galian, minyak dan gas bumi, hutan yang luas dan lainnya. Menyitir data dari WWF-Indonesia, hutan indonesia memenuhi dua pertiga dari luas daratan Indonesia (kurang lebih 120 juta hektar). Hutan ini merupakan habitat tempat 10 persen spesies tanaman berbunga, 12 persen spesies mamalia, serta 17 persen spesies burung dan juga tempat jenis palem terbanyak di dunia. Kenyataan ini menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan kekayaaan keanekaragaman hayati terbesar di dunia.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1967, mengamanatkan bahwa pengurusan hutan pada hakekatnya adalah untuk mendapatkan manfaat hutan yang sebesar-besarnya secara serbaguna dan lestari baik secara langsung maupun tidak langsung bagi kemakmuran masyarakat. Pengurusan hutan tersebut dilaksanakan melalui berbagai bentuk kegiatan, yang mencakup: Pengaturan pemolaan dan penataan kawasan hutan, pengaturan dan penyelenggaraan pengusahaan hutan, pengaturan terhadap perlindungan proses ekologi yang mendukung sistem, penyangga kehidupan serta rehabilitasi hutan, tanah dan air, pengaturan terhadap usaha-usaha terselenggaranya dan terpeliharanya pengawetan sumber daya alam dan lingkungan hidup, penyelenggaraan penyuluhan dan pendidikan di bidang kehutanan. Pemanfaatan hutan di indonesia pun tergolong minim, Finlandia memperoleh sedikitnya 52 miliar dollar AS per tahun, sedangkan Indonesia hanya tujuh miliar dollar AS. Hal ini mengindikasikan betapa tersia-sianya potensi hutan kita yang begitu besar ini.

Seiring dengan bertambahnya jumlah manusia serta dengan meningkatnya kebutuhan ekonomis terhadap hutan, serta sering terjadinya kebakaran hutan, hutan-hutan di wilayah indonesia mengalami penyusutan yang cukup tajam. Menurut WWF-Indonesia, selama 50 tahun terakhir Indonesia telah kehilangan hingga 40% dari seluruh luas hutannya. Menurut Direktur Penyidikan dan Perlindungan Hutan Departemen Kehutanan Ir.Noor Hidayat, MSc Luas areal hutan Indonesia diperkirakan menyusut menjadi 10 persen dari luas areal hutan sebelumnya pada 2020. mengacu pada Tempointeraktif dot com, Dalam lima tahun terakhir, hutan Indonesia hilang atau rusak seluas 13 lapangan bola per menit. Jumlah ini sama dengan 3,6 juta hektare hutan setiap tahunnya.

Yang paling akhir dalam rangkaian kerusakan hutan di indonesia adalah terjadinya kebakaran (pembakaran) hutan pada wilayah-wilayah tertentu di tanah air. Penyebab kebakaran hutan adalah adanya praktik konversi lahan, di mana penyiapan/pembersihan/pembukaan lahan oleh perusahaan (perkebunan/HTI/HPH) dengan cara membakar. Cara ini dilakukan karena dinilai sebagai yang paling murah. Kemudian, juga disebabkan penerapan teknik babat bakar oleh petani tradisional ketika membuka/membersihkan lahan peladangan. Kebakaran hutan sudah merupakan rutinitas tiap tahun bagi pemerintah indonesia, karena hampir tiap tahun selalu terjadi kebakaran hutna di indonesia. Baru-baru ini terjadi kebakaran hutan pada beberapa wilayah di Riau dan Kalimantan yang berdampak terhadap kegiatan ekonomi dan politik. Kegiatan perekonomian masyarakat menjadi terhambat diakibatkan oleh asap yang dihasilkan oleh kebakaran tersebut, selain itu hubungan dengan negara tetangga pun terancam terusik, pabila penanganan terhadap masalhan ini tidak dilakukan dengan sebaik-baiknya, karena bagaimanapun sebaik-baiknya tetangga jika terus mendapat gangguan akan berteriak untuk protes.

B. Permasalahan

Beberapa permasalahan terkait dengan judul makalah “Dampak kebakaran hutan terhadap kegiatan ekonomi nasional” dapat penulis uraikan sebagai berikut :

ü Masalah kebakaran hutan yang jadi rutinitas

ü Kebakaran hutan menyebabkan menurunnya sumbangan sektor hutan terhadap pembangunan

ü Hubungan ekonomi – politik dengan negara tetangga dalam kerjasama pembangunan

BAB II

ANALISA

A. Kerangka Teori

Kajian Ekonomi Pembangunan merupakan kajian yang lengkap dan komfrehensif mengupas segi-segi ekonomi dari berbagai sisi. Selain mengupas cara-cara alokasi sumber daya produktif langka seefisien mungkin serta kesinambungan pertumbuhannya dari waktu kewaktu, ekonomi pembangunan juga memberi perhatian pada mekanisme-mekanisme ekonomi, sosial, politik, dan kelembagaan, baik yang terkandun gdalam sektor swasta maupun yang terdapat pada sektor pemerintah. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari usaha-usaha manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari–harinya. Dalam kenyataannya, manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya selalu dihadapkan pada sumber daya pemuas yang terbatas.

Teori Transformasi Struktural – Lewis two sector model, membahas proses pembangunan di negara-negara Dunia Ketiga yang mengalami kelebihan penawaran tenaga kerja selama akhir dekade 1960-an dan dekade 1970-an. Disebutkan dalam teori ini perekonomian yang terbelakang terdiri dari sektor tradisional dan sektor industri perkotaan.

Gambut adalah tanah yang mengandung bahan organik lebih dari 30%. Lahan gambut adalah lahan yang ketebalan gambutnya lebih dari 50 cm

Negara tetangga yang dimaksud dalam makalah ini adalah negara-negara yang berdekatan atau berbatasan langsung dengan Indonesia serta menerima dampak langsung dari kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia berupa asap.

B. Pembahasan

Dalam menghadapi permasalahan mengenai kebakaran hutan di indonesia, seharusnya pemerintah memiliki komitmen yang kuat untuk menyelesaikan persoalan ini. Diperlukan komitmen tinggi disemua lini baik tingkat pusat maupun tingkat teknis operasional untuk menyelesaikan ini. Di tingkat pusat/daerah melalui penerbitan peraturan-peraturan yang menaungi permasalahan tersebut serta itikad baik unutk melaksanakan peraturan tersebut. Di tingkat operasional melalui pemenuhan perlengkapan penunjang dalam mencegah serta mengatasi terjadinya kebakaran hutan.

Penyebab terjadinya kebakaran hutan di indonesia pada dasarnya terjadi karena dua hal yakni kurangnya pencegahan serta minimnya usaha pemadaman. Kurangnya pencegahan terhadap terjadinya kebakaran hutan di indonesia di tenggarai dengan kekurangsadaran masyarakat, baik personal maupun bisnis, terhadap fungsi-fungsi hutan. Sedangkan minimnya usaha-usaha pemadaman kebakaran hutan lebih karena disebabkan oleh kurangnya fasilitas pemadaman api dan kurangnya personil petugas untuk mengatasi hal tersebut, serta luasnya areal hutan yang terbakar.

Masalah kebakaran hutan yang jadi rutinitas

Hampir dalam sepuluh tahun terakhir selalu terjadi kebakaran hutan di indonesia, tiap tahun menjelang musim kemarau hampir dapat dipastikan akan selalu terjadi kebakaran dihutan-hutan indonesia. Belum adanya upaya sistematis untuk menyelesaikan permasalahan ini adalah faktor utama yang menyebabkan terjadinya rutinitas kebakaran hutan di indonesia. Seharusnya pemerintah pusat selaku pengayom serta penentu kebijakan secara nasional memikirkan hal ini.

Syaratnya muatan politik dalam menyelesaikan permasalahan kebakaran hutan, seperti turut andilnya pihak-pihak tertentu yang berhubungan dengan kekuasaan dengan pemilik HPH menyebabkan penertiban terhadap pemilik-pemilik HPH yang nakal sulit untuk diwujudkan. Terlepas dari muatan politik seharusnya pemerintah melakukan upaya-upaya untuk menagani kebakaran hutan. Apalagi upaya-upaya yang dilakukan saat ini terkesan upaya ala kadarnya.

Upaya-upaya sistematis dapat di mulai dari melakukan upaya-upaya pencegahan terhadap kebakaran hutan melalui peningkatan kesadaran masyarakat mengenai fungsi-fungsi serta manfaat hutan bagi kehidupan, menerbitkan peraturan-peraturan yang menangani permasalahan seputar hutan, menertibkan pengusaha-pengusaha pemegang HPH yang nakal, meningkatkan jumlah personel pengawas (polisi) hutan. Upaya-upaya pengendalian terhadap kebakaran yang telah terjadi juga dapat dilakukan dengan membentuk unit-unit pengendali kebakaran pada wilayah-wilayah yang potensial menimbulkan kebakaran, pemenuhan kelengkapan pemadam kebakaran serta peningkatan jumlah personil, penggunaan teknologi yang canggih dalam mengendalikan kebakaran hutan pun dapat dijadikan sebagai alternatif untuk menyelesaikan permasalahan ini

Kebakaran hutan dapat menurunkan sumbangan sektor hutan terhadap pembangunan

Sektor kehutanan turut memberikan sumbangsihnya dalam pembangunan, sumbangan berupa hasil hutan, pertanian, kayu dan lain-lain berupa persentase pendapatan. Disamping nilai riil yang disumbangkan oleh kehutanan, masih bnayak sumbangan-sumbangan lain yang telah dihasilkan oleh sektor kehutanan. Sebagai sumberdaya hayati hutan telah melindungi beraneka ragam flora dan fauna yang hidup didalamnya. Hutan menjaga persediaan air dan oksigen bagi kehidupan. Hutan berperan sebagai pengendali banjir bagi daerah-daerah yagn berdekatan dengannya.

Jika diperhatikan, sumbangan-sumbangan hutan terhadap pembangunan, baik yang riil dalam nominal pendapatan ataupun perannya sebagai sumber daya hayati, tentunya kebakaran hutan akan sangat menurunkan peran tersebut. Merupakan suatu kerugian jika kebakaran hutan terus berlanjut, dan dapat menjelma jadi suatu malapetaka jika tidak ditangani dengan seksama.

Hubungan ekonomi – politik dengan negara tetangga dalam kerjasama pembangunan

Pembahasan politik ekonomi termasuk dalam salah satu bahan kajian dalam ekonomi pembangunan. Pembangunan tidak hanya dapat dilakukan oleh suatu negara sendiri, bagaimanapun perlu bantuan serta peran serta pihak (negara) lain dalam menjalankan pembangunan. Kabut asap tebal yang yang dihasilkan oleh terbakarnya hutan-hutan di indonesia berpotensi dan terbukti telah menjadi penyebab polusi udara pada wilayah-wilayah negara tetangga. Singapura, Thailand, Brunei Darussalam dan Malaysia merupakan negara langganan atas “ekspor” asap kita tiap tahunnya. Hampir ditiap awal musim kemarau pemerintah negara-negara tersebut bereaksi atas terjadinya kebakaran hutan di indonesia. Selain menurunkan kualitas udara, asap tebal yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan menyebabkan berkurangnya jarak pandang, sehingga menghambat aktivitas-aktivitas ekonomi pada negara-negara tersebut. Jauh disamping efek fisik asap tersebut, hubungan negara-negara tersebut pun bisa jadi terancam, terutama dalam kegiatan ekonomi. Apalagi jika pemerintah indonesia tidak serius dalam menangani permasalahan ini, serta memberikan kesan negatif pada pemerintahan negara-negara tersebut. Bisa jadi negara-negara tersebut menghentikan hubungan perdaganganyya dengan negara kita, bisa jadi mereka mencari negara lain untuk dijadikan partner dalam berbisnis dan sebagainya dan sebagainya.

Tiga masalah diatas kiranya dapat mewakili dampak yang terjadi akibat kebakaran hutan di indonesia dengan perekonomian. Secara umum aktivitas perekonomian riil akan terhambat akibat asap dari kebakaran tersebut. Pantauan media pada beberapa wilayah yang terkena kebakaran hutan menyebutkan bahwa tahun 1997-98 terlihat dampak dari kebakaran hutan dan lahan sangat dirasakan terutama oleh masyarakat yang menggantungkan hidupnya kepada hutan, satwa liar (seperti gajah, harimau dan orang utan) yang kehilangan habitatnya, sektor transportasi karena terganggunya jadwal penerbangan dan juga masyarakat secara keseluruhan yang terganggu kesehatannya karena terpapar polusi asap dari kebakaran. Tercatat sekitar 70 juta orang di enam Negara di lingkup ASEAN terganggu kesehatannya karena menghirup asap yang diekspor dari kebakaran di Indonesia. Sedangkan kerugian yang kasat mata dari kebakaran hutan adalah berkurangnya sumber daya hayati bangsa ini akibat terbakarnya sumber-sumber keanekaragaman hayati.

Tidak jauh berbeda dengan kondisi saat ini, contoh kasus yang terjadi beberapa waktu lalu di Riau hingga sebagian besar wilayah Sungai Musi, asap akibat kebakaran lahan gambut menyebabkan tertundanya pelayaran selama beberapa waktu. Mereka khawatir jarak pandang yang pendek menyebabkan terjadinya tabrakan antar kapal yang pada akhirnya menyebabkan kerugian yang lebih besar lagi. Beberapa waktu lalu akibat kebakaran hutan yang terjadi pada hutan-hutan hujan tropis di Kalimantan menyebabkan berkurangya populasi Orang Utan.

BAB III

PENUTUP

Berdasarkan uraian mengenai “Dampak kebakaran hutan terhadap kegiatan ekonomi nasional” dapat penulis tarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

- Pengelolaan hutan yang tidak sistematis/tidak baik, dapat menimbulkan permasalahan-permasalahan baru di bidang kehutanan.

- Kebakaran hutan yang terjadi pada hutan-hutan di indonesia menyebabkan terganggunya aktivitas perekonomian beberapa daerah sehingga menyebabkan tersendatnya perekonomian secara nasional

- Gangguan asap akibat kebakaran hutan menimbulkan berkurangnya kualitas udara bersih dan mengurangi jarak pandang, tidak hanya terjadi di wilayah-wilayah indonesia tetapi telah turut melanda negara tetangga.

- Perlu adanya perhatian ekstra dari pemerintah untuk mengatasi permasalahan ini, sehingga tidak menjadi suatu rutinitas setiap tahunnya.

- Upaya-upaya sistematis berupa pencegahan dan pengendalian terhadap kebakaran hutan perlu ditingkatkan dengan memperhatikan asas koordinasi antara pihak-pihak terkait.

No comments:

Post a Comment