Wednesday, April 8, 2009

Sepak Bola Mimpi Ala PSSI

<!--[if !vml]--><!--[endif]--> Sepak Bola Mimpi ala PSSI

Jumat, 02 November 2007

Oleh YESAYAS OKTOVIANUS

Mimpi itu memang indah, sejauh kita dibuai dengan kejadian-kejadian mengasyikkan dalam tidur yang nyenyak. Tidak demikian kalau mimpi itu berasal dari sisi kanan pintu merah Stadion Utama Gelora Bung Karno. Mimpi dari Senayan itu tentu punya cerita lain dan panjang tanpa berkesudahan. Lebih pasti lagi, mimpi yang satu ini hampir dipastikan bukanlah "happy ending".

Begini awalnya. Tersebutlah PSSI, organisasi tertua di Indonesia yang selalu mengklaim memiliki massa paling banyak, bahkan mungkin bisa mengalahkan salah satu partai politik terkemuka di negeri ini. Di sanalah mimpi itu dimulai, paling tidak dalam empat tahun terakhir, sejak dinakhodai Nurdin Halid yang terpilih kembali April 2006 untuk memimpin dalam lima tahun ke depan, sampai tahun 2011.

Oleh Nurdin yang kini mendekam di penjara karena kasus korupsi distribusi minyak goreng, PSSI dihanyutkan dengan janji-janji setinggi langit. Yang paling berkesan dan seakan- akan tinggal menunggu waktu untuk memetik hasilnya adalah Visi 2020, di mana Indonesia menjadi kekuatan sepak bola nomor satu di Asia.

Nomor satu di sini, berarti Indonesia tidak terkalahkan. Itu berarti pula Indonesia sudah pasti akan tampil di kancah Piala Dunia untuk pertama kalinya.

Sungguh hebat mimpi yang satu ini. Bahkan, kalau perlu, tidur kita jangan sampai terganggu agar terus bisa menikmati indahnya bermain sepak bola mimpi. Ya, Indonesia ambil bagian di Piala Dunia, siapa yang tidak bangga?

Lho, menjadi tuan rumah Piala Asia, dan kalah dari Arab Saudi 1-2—kita memang tidak pernah menang dari negara satu ini—masih bisa dirayakan oleh puluhan ribu insan sepak bola di Gelora Bung Karno, Juli lalu. Bayangkan, apalagi kalau sampai kita berada di antara raksasa sepak bola dunia, seperti Brasil, Argentina, Jerman, Italia, dan Inggris.

Omong kosong

Cukup sudah! Ya, hentikanlah semua bualan dan omong kosong dengan mengiming-imingi insan sepak bola di Tanah Air dengan janji-janji manis itu.

Berkacalah pada diri sendiri. Sudah pantas dan benarkah Anda yang dipercaya memimpin sepak bola nasional masih harus bertahan untuk menggelar landasan bagi kebangkitan Indonesia menuju Visi 2020?

Hampir empat tahun periode pertama telah dilewati, tetapi prestasi membanggakan seperti apa yang telah dinikmati Indonesia. Jangankan di kawasan Asia, untuk ASEAN saja Indonesia sudah jatuh terpuruk.

Vietnam, Singapura, dan Myanmar, tiga kekuatan yang tadinya berada di bawah Indonesia untuk kawasan regional, kini berubah menjadi lawan-lawan terdepan yang selalu menyulitkan. Belum lagi Thailand dan Malaysia yang memang sudah menyulitkan Indonesia, jauh sebelum ini.

Kalau memang PSSI murni ingin memajukan sepak bola Indonesia di bawah pimpinan Nurdin Halid, seharusnya, saat ini, kita telah memiliki sebuah tim nasional yang tidak saja patut diandalkan, tetapi juga menjadi kebanggaan.

Hitungan gampangnya, sejak tahun pertama memimpin empat tahun lalu, kalau Nurdin Halid sudah melakukan pembinaan pemain usia muda dan roda kompetisi berjenjang dan berlapis secara periodik, saat ini minimal Indonesia memiliki sebuah tim dengan pemain rata- rata berusia 20-24 tahun. Itu, kalau dimulai dari pembinaan tim usia U-16 tahun dan U-20 tahun, empat tahun lalu.

Faktanya? Kita justru masih terus berada di putaran pembinaan yang sama seperti 25 tahun silam. Membangun dan membina tim nasional secara instan.

Ironisnya, ketika menggelar Piala Asia di Senayan, Juli lalu, PSSI seakan-akan menghipnotis insan sepak bola Indonesia dengan hasil nyaris menahan imbang Arab Saudi. Padahal, kenyataannya, kita kalah 1-2.

Kebanggaan semu

Akan tetapi, puluhan ribu penonton yang hadir di Senayan, termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, oleh kecerdikan PSSI, mengampanyekan hasil tersebut sebagai sebuah keberhasilan sepak bola nasional. Dari mana bisa dibilang berhasil. Toh, kita kalah dan bahkan tersisih dari jalan ke babak berikut.

Ternyata, sekali lagi, kita terjebak pada kebanggaan semu. Sama seperti timnas pernah menahan imbang Uni Soviet tanpa gol beberapa puluh tahun silam di Olimpiade Melbourne.

Salah satu landasan menuju Visi 2020 adalah menggelar Super Liga mulai tahun 2008. Sebanyak 18 klub adalah jumlah yang dipatokkan PSSI untuk ambil bagian di kompetisi itu.

Namun, tinggal lima bulan— April 2008—menuju dead line pendaftaran anggota Super Liga, praktis tidak ada satu pun dari 36 klub yang kini terlibat di Divisi Utama Liga Djarum memenuhi semua syarat.

Apakah Super Liga nanti akan menjadi mimpi berikut ala PSSI untuk mendongkrak tim nasional menggapai prestasi besar?

Hanya PSSI yang lebih tahu karena memang di visi mereka masih tersimpan berbagai macam mimpi yang terus membuai. Bahkan, ketika sang nakhoda mendekam di penjara pun mereka masih terus "tertidur nyenyak" menanti datangnya "dewi" keberuntungan menerbangkan Indonesia ke Piala Dunia Mimpi 2020. PSSI memang banyak akal bulusnya?

Taken from :

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0711/02/or/3967116.htm

(edited by author)

----------------------------------------------------------------------


Topik : Analisa Kejadian Sehari - hari yang relevan dengan kewirausahaan

Analisa ’Sepak Bola Mimpi ala PSSI’ dari sudut Kewirausahaan

Deskripsi


Artikel berjudul ”Sepak Bola Mimpi ala PSSI” menggambarkan kisah gagalnya PSSI sebagai organisasi yang membidangi segala hal terkait dengan sepak bola di indonesia. Artikel ini secara tersirat mendeskripsikan tidak adanya inovasi dan kreasi yang dilakukan oleh PSSI dalam mengembangkan dunia sepak bola nasional. Berdiri 19 April 1930 di Yogyakarta, PSSI di klaim sebagai organisasi keolahragaan yang memiliki massa paling besar di indonesia. Dibawah kepemimpinan Nurdin Halid yang terpilih kembali tahun 2006 PSSI menggelontorkan visi 2020 yang menyebutkan indonesia akan menjadi kekuatan sepak bola nomor satu di Asia. Yang berarti indonesia pasti akan tampil di kancah piala dunia untuk pertama kalinya. Sungguh visi ini merupakan ide yang sangat brilian, hebat serta terlalu mengada-ada.

Jika melihat realita yang ada tampaknya visi tersebut hanyalah bualan dan omong kosong. Hampir empat tahunan kepemimpinan Nurdin Halid di PSSI tidak membuahkan hasil apa-apa. Jangankan untuk menjadi nomor satu di Asia, tingkat regional ASEAN saja indonesia sudah sulit untuk bersaing. Pembinaan pemain pun rasanya menjadi hal yang patut untuk dipertanyakan dalam mencapai visi tersebut. Saat ini pembinaan pemain kita sangat minim. Selain itu penciptaan sistem kompetisi yang apik pun rasa-rasanya masih jauh dari kata bagus. Kericuhan antar pemain, antar suporter, kasus suap, ketidakprofessionalan wasit serta infrastruktur yang tidak memadai turut menyumbang kegagalan penciptaan sistem yang bagus.

Prestasi tim nasional yang diharapkan mampu berbicara di level ASEAN, masih jauh dari kata membanggakan, begitu pula prestasi tim asal indonesia yang berlaga di liga Champion Asia, hanya menjadi pelengkap penderita saja! Bisa jadi jika hal ini tidak segera dibenahi akan mengurangi animo masyarakat terhadap dunia sepak bola.

Analisa


Beberapa hal yang dapat diuraikan terkait analisa artikel berjudul ”Sepak Bola Mimpi ala PSSI” dengan teori kewirausahaan adalah sebagai berikut :


Kewirausahaan tidak hanya ada di lingkungan bisnis melainkan dalam organisasi keolahragaan sekalipun

Sebagian besar orang beranggapan bahwa kewirausahaan hanya diterapkan dalam dunia bisnis. Selintas memang hal itu keliatannya benar, dengan asumsi kata wirausaha telah menjadi tren dalam dunia bisnis. Namun sebenarnya kewirausahaan tidak saja terdapat dalam dunia bisnis. Dunia non-bisnis pun memiliki relasi yang kuat dengan yang namanya kewirausahaan. Dalam artikel ini terihat jelas tidak adanya kemampuan kewirausahaan pengurus PSSI dalam menjalankan organisasi PSSI, sehingga apa yang dicita-citakan menjadi sesuatu yang mustahil untuk dikerjakan. Padahal jika menerapkan jiwa serta tindak kewirausahaan mimpi bukanlah suatu hal yang mustahil.

PSSI sebagai organisasi keolahragaan yang memiliki otoritas besar dalam menentukan kemajuan sepak bola di indonesia, dinilai tidak mampu menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik karena melupakan aspek kewirausahaan. Menjalankan organisasi dengan semangat kewirausahaan yang penuh dengan ide dan kreatifitas, kerja keras, ulet, tabah, optimis, melakukan perubahan ke arah yang positif, percaya diri, memiliki keberanian serta mengambil keputusan dengan cermat dan tepat dijamin akan mampu untuk menciptakan suasana yang kondusif bagi dunia sepak bola nasional, baik dari segi sistem kompetisi, pembinaan, serta prestasi tim nasional.

Ciri seorang wirausaha yakni mampu memimpin suatu organisasi dengan efektif

Kepemimpinan merupakan sesuatu yang penting dalam suatu organisasi. Tanpa adanya kepemimpinan yang tepat maka organisasi akan berjalan tanpa arah, atau berjalan dengan arah yang tak seharusnya. Kepemimpinan disini tidak hanya berasal dari pucuk pimpinan organisasi, melainkan tingkatan organisasi dari yang tertinggi hingga ke tingkat yang terendah. Pemimpin yang berjiwa wirausaha akan mampu memimpin organisasinya dengan benar.

Menilik kondisi yang ada saat ini rasa-rasanya unsur kepemimpinan dalam tubuh PSSI sangat tidak berkualitas. Dimulai dari ketua umumnya terjerat dalam kasus korupsi (bahkan sampai mendekam di penjara) hingga unsur kepemimpinan lainnya yang bertindak tidak efektif, bahkan dalam beberapa kasus bertindak di luar kaidah-kaidah normal. Jangankan untuk bertindak dengan prinsip-prinsip wirausaha, kepemimpinan di PSSI cenderung bertindak di luar logika. Sehingga wajar apabila organisasi PSSI tidak mampu menghasilkan output sesuai dengan harapan.


Ciri seorang wirausaha berupa sikap banyak ide, kratif dan inovatif

Ide merupakan hasil pemikiran kreatif berkaitan dengan kejadian-kejadian yang ada di alam untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Kreatifitas merupakan daya pikir manusia yang dibangun atas dasar imajinasi dan daya pikir ilmiah. Seseorang yang memiliki kreatifitas tinggi akan banyak menghasilkan ide-ide baru. Perwujudan dari ide yang mampu mengubah sumber daya yang tidak mempunyai nilai ekonomis menjadi nilai ekonomis merupakan suatu inovasi. Inovasi dibangun diatas data, fakta, kejadian dan kondisi. Inovasi muncul secara terencana dan sistematis.

Terkait dengan sepak bola mimpi PSSI dalam artikel ini, kiranya visi 2020 merupakan ide cemerlang PSSI yang merupakan salah satu ciri dari kewirausahaan. Seperti disebutkan diatas, ide merupakan buah pikiran dari seseorang atau sekelopmok orang untuk menghasilkan sesuatu. Visi PSSI untuk menjadikan sepak bola indonesia sebagai yang terbaik di Asia merupakan ide PSSI hasil proses kreatif berpikir dan bermusyawarah para pengurusnya. Ini merupakan sesuatu yang baik tentunya, menjadikan sepak bola indonesia maju dan tampil di piala dunia untuk pertama kalinya merupakan gagasan yang bagus.

Yang jadi permasalahan adalah pengejawantahan ide hasil proses kreatif kedalam tindakan konkrit yang dinamakan inovasi. Kewirausahaan tidak hanya berada dalam tataran ide dan kreatifitas melainkan sampai pada tahapan inovasi dan implementasi. Tindakan konkrit dari PSSI untuk menunjang ide tersebut pada kenyataannya tidak relevan sehingga ide tersebut dimaknai banyak orang hanya sebagai angan-angan saja.

Inovasi, dalam hal ini pengejawantahan ide seharusnya dilakukan secara terencana dan sistematis. Contoh tindakan yang dilakukan PSSI untuk menciptakan timnas yang bagus, namun tidak sesuai dengan semangat inovasi dalam kewirausahaan adalah mengirimkan timnas U 21 ke Amerika Latin untuk berlatih dan memilih lawan tanding di sana. Hal ini sepertinya hanya tindakan sementara saja, tidak menyelesaikan permasalahan secara simultan. Pembinaan seperti ini sifatnya instan dan belum tentu menghasilkan apa yang diinginkan. Contoh terakhir adalah ketika Timnas U-23 yang baru saja di kirim ke Argentina di bantai 7-0 oleh Syiria. Lagi pula, pola-pola seperti ini yang dijalankan oleh PSSI seperti tidak melihat sejarah masa lalu yang pernah dilakukan PSSI, ketika mengirim tim PSSI Primavera untuk berlatih di Italia, dan hasilnya nihil.

Inovasi dibangun diatas data, fakta, kejadian dan kondisi riil. Hal-hal yang semestinya dilakukan oleh PSSI untuk mewujudkan antara lain adalah mengumpulkan informasi mengenai hal-hal terkait dengan sepak bola nasional kemudian menganalisa informasi tersebut untuk dijadikan pijakan dalam pengambilan keputusan. Selain itu juga tidak ada salahnya jika PSSI berinovasi dengan menggandeng akademi-akademi sepak bola tim-tim besar luar negeri yang kini marak mendirikan sekolah-sekolah sepak bolanya di negara-negara berkembang, dalam melakukan pembinaan pemain di indonesia.

Inovasi seperti mengundang tim-tim besar eropa untuk bertanding di indonesia merupakan salah satu langkah yang dapat diambil untuk menyegarkan dahaga masyarakat indonesia yang keranjingan akan sepak bola yang bagus. Tindakan ini juga merupakan upaya PSSI untuk memperkenalkan sepak bola indonesia kepada masyarakat internasional.



Kesimpulan

Beberapa hal yang penulis simpulkan terkait makalah dengan judul ”Sepak Bola Mimpi ala PSSIdari sudut Kewirausahaan” adalah sebagai berikut :



  • Kewirausahaan tidak hanya ada di lingkungan bisnis, juga ada pada organisasi keolahragaan.


  • Menjadi seorang wirausaha bisa berarti menjadi orang yang banyak ide, kreatif serta inovatif


  • memimpin suatu organisasi dengan efektif serta memegang prinsip-prinsip manajerial merupakan tambahan modal berharga dalam mencapai tujuan yang di inginkan


  • PSSI merupakan contoh nyata dimana ide dan inovasi tidak berjalan selaras dan seimbang, serta tempat dimana inovasi tercipta.

No comments:

Post a Comment