Tuesday, April 7, 2009

Perbedaan dan Persamaan Penerapan Berfikir berdasarkan Logika dan Berdasarkan Agama

BAB I
PENDAHULUAN

Setiap manusia dalam dirinya memiliki komponen berupa jiwa dan jasad, keduanya saling terkait satu sama lain. Dalam kehidupan dunia tiada berarti nyawa tanpa jasad, karena nyawa tanpa jasad tak dapat hidup di dalam dunia. Begitu pula jasad tanpa nyawa karena jasad tanpa nyawa adalah jenazah, karena tidak dapat melakukan aktifitas, ibarat peralatan elektronik tanpa listrik sebagai sumber tenaga.
Jiwa manusia adalah penggerak segala kehidupan manusia, jiwa lah yang menjadikan manusia hidup begitu hidup. Pada dasarnya dalam jiwa manusia itu terdapat tiga komponen besar yakni Cipta, Rasa dan Karsa. Cipta merupakan komponen jiwa yang lebih terkonsentrasi pada fungsi-fungsi otak, berupa daya pikir, daya nalar/analisa, dan pengertian/berkesimpulan. Rasa lebih terkonsentrasi pada apresiasi positif dan negatif, positif dalam mengapresiasikan rasa senang, gembira dan hal-hal positif lainnya sedangkan Negatif dalam mengekspresikan rasa sedih, takut dan hal-hal yang negatif. Sedangkan Karsa mengatur hal yang bersangkutan dengan nafsu manusia, nafsu-nafsu pada manusia dikelompokan menjadi empat yaitu : Nafsu Muthmainnah (nafsu yang positif), Sufi’ah (nafsu yang cenderung negatif), Lawammah (nafsu yang rendah, nafsu kehewanan), dan Amarah (nafsu angkara).
Hakekatnya ketiga komponen itu saling mempengaruhi dan bekerjasama satu sama lain. Dalam interpretasi kehidupan beragama ketiga komponen diatas di kaitkan pada hal-hal berikut :
v Cipta lebih dekat kepada Kesadaran, atau ilmu yang dapat melahirkan berbagai kebijaksanaan mampu mengetahui dan membedakan mana yang hak dan batil.
v Rasa diklaim sebagai perwujudan rasa iman kepada pencipta, iman yang dapat menentramkan jiwa.
v Karsa sebagai manifestasi Taqwa kepada pencipta.


Dalam lingkup yang lebih luas dalam membicarakan jiwa dimulai dari Alam raya yakni alam yang paling luas, cakupannya terdiri atas semua hal. Masuk ke skup yang lebih sempit ke alam panca indera, didalamnya dapat mendengar, merasa, dan melihat, selanjutnya masuk ke alam jiwa yang terdiri atas, cipta, rasa dan karsa selanjutnya ke bagian yang lebih sempit yakni nurani.


BAB II
LATAR BELAKANG DAN MASALAH

Logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah. Logika menggunakan akal sehat dalam setiap penalarannya, logika menyelidiki, menyaring dan menilai pemikiran dengan cara serius dan terpelajar serta bertujuan mendapatkan kebenaran, terlepas dari segala kepentingan dan keinginan perorangan. Logika merumuskan serta menerapkan hukum-hukum dan patokan-patokan yang harus ditaati agar manusia dapat berpikir benar, efisien, dan teratur.
Agama adalah sesuatu yang dianut oleh sekelompok orang dengan meyakini bahwa segala sesuatu yang diperintahkan atau dilarang didalamnya memiliki konsekuensi logis terhadap pemeluknya. Pada dasarnya agama dibagi menjadi dua yakni agama langit (samawi) dan agama bumi (al-ardhi). Agama samawi atau agama langit adalah agama-agama yang diturunkan berdasarkan wahyu Tuhan, misal agama Islam Kristen, Yahudi. Sedangkan agama Bumi adalah agama yang berasal dari penciptaan manusia, bahkan sering disebut sebagai agama budaya, misal Konghucu, Budha, Tao.
Penerapan berpikir, dalam hal ini penggunaan serta penuangan ide kedalam kreasi-kreasi tertentu, adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk memperoleh suatu hasil berpikir secara positif mengenai suatu permasalahan. Didalamnya terdapat proses kreatif dan kritis serta inovatif dalam menjelaskan sesuatu permasalahan.
Berbicara mengenai Perbedaan dan persamaan penerapan berpikir berdasarkan logika dan berdasarkan agama tidak terlepas dari pengetahuan dan ilmu mengenai logika dan agama tersebut. Konsep agama jelas berbeda dengan konsep berpikir secara logika, kerap kali kita tertipu oleh pemahaman yang mengkotak-kotakan bahwa agama bertolak belakang dengan logika, padahal kalau kita mau jujur banyak dari konsep-konsep agama yang sejalan dengan logika.


BAB III
PEMBAHASAN

Penerapan berpikir berdasarkan logika dan berdasar agama pada dasarnya tidak jauh berbeda, seperti telah dikemukakan dimuka bahwa manusia terdiri atas dua bagian utama yakni jasad dan jiwa, yang keduanya adalah satu kesatuan yang utuh. Jiwa terbagi atas cipta, rasa dan karsa yang satu sama lain saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Cipta merupakan komponen jiwa yang lebih terkonsentrasi pada fungsi-fungsi otak, berupa daya pikir, daya nalar/analisa, dan pengertian/berkesimpulan. Rasa lebih terkonsentrasi pada apresiasi positif dan negatif. Sedangkan Karsa mengatur hal yang bersangkutan dengan nafsu manusia.
Cipta terwujud dengan adanya fungsi-fungsi otak yang mampu melahirkan kebudayaan. Logika lahir dan terinterpretasi melalui kemampuan otak dalam menganalisa segala informasi yang didapat. Logika pada dasarnya daya nalar dan daya pikir otak dalam menyelesaikan setiap permasalahan. Konsep dari logika adalah membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah dengan menggunakan akal sehat dalam setiap penalarannya. Logika juga pada dasarnya adalah kesadaran diri, kesadaran yang mampu menghasilkan ilmu. Karena berkat daya pikir dan daya nalarlah ilmu berkembang, tidak ada dengan sendirinya.
Agama identik dengan segala sesuatu yang berasal dari Tuhan, walau dalam beberapa agama terdapat perbedaan mengenai konsep yang dianutnya, namun ada kesamaan dalam penerapan berpikir yakni menganjurkan kepada penganutnya untuk menggunakan akal sehat sebaik-baiknya. Karena itu dari waktu ke waktu ilmu pengetahuan semakin berkembang.
Dibawah ini adalah perbedaan dan persamaan penerapan berpikir berdasarkan logika dan agama :
Persamaan :
Ø Keduanya menggunakan metode-metode yang mengarah kepada tujuan yang jelas.
Ø Menggunakan akal sehat dalam berpikir
Ø Mengajarkan sikap kritis dan inovatif dalam berfikir

Metode-metode dalam hal ini adalah segala sesuatu yang telah dirumuskan dalam berbagai bidang keilmuan, diantaranya penggunaan metode penelitian, sama halnya dengan logika, agama pun mengajarkan hal yang serupa, agama mengajarkan agar setiap permasalahan diselesaikan secara bertahap sesuai dengan urusannya masing-masing. Penggunaan akal sehat adalah mutlak dalam berlogika atau dalam beragama, keduanya membuang jauh-jauh pikiran-pikiran yang tidak benar, yang berasal dari pikiran yang tidak jernih. Tentunya logika yang dihasilkan dari pemikiran akal yang tidak sehat akan melenceng jauh dari yang sebenarnya. Bahkan dalam agama orang yang hendak berijtihad (mencari hukum baru) idealnya harus memiliki akal sehat ditunjang oleh tingkat keilmuan yang memadai.
Sikap kritis dan pemikiran yang inovatif merupakan karakteristik sendiri dalam berfikir. Dalam logika semua kemungkinan harus terpikirkan, setiap jawaban harus dikritik dahulu sebelum ditetapkan sbagai hasil dari pemikiran, sesuatu yang inovatifpun menjadi ciri tersendiri agar setiap hasil pemikiran tidak itu-itu saja. Agama mengajarkan sikap kritis untuk berfikir kepada setiap pemeluknya, beberapa kali bahkan sering Allah mengingatkan afalaa tafakkaruuna (apakah kamu berfikir) yaitu teguran Tuhan agar manusia-manusia itu berfikir kritis.
Logika adalah sejalan dengan agama. Penerapan berfikir berdasar agama dan logika sama sekali tidak berlawanan, agama memerintahkan kepada umatnya untuk berfikir, apapun itu silakan kita diperintahkan apalagi untuk hal-hal yang berkaitan dengan hubungan keduniawian menyangkut hubungan manusia dengan manusia. Berfikir secara logis adalah sesuai dengan ajaran agama, karena tanpa pemikiran tersebut atau bila seluruh konsep-konsep agama tidak sesuai dengan logika berfikir maka tak akan kokoh agama tersebut. Islam adalah agama yang paling logis didunia ini, islam menawarkan kepada umatnya untuk berfikir secara logis, ajaran islam sesuai dengan logika yang berlaku umum.
Ilmu pengetahuan yang berkembang saat ini pun tidak terlepas dari apa yang tertulis dalam Al-quran selaku pegangan islam dalam beragama dan juga sebagai rujukan berfikir bagi umatnya. Jelasnya Berfikir itu amat dianjurkan oleh agama, sebagai sesuatu yang sejalan dengan logika.


Perbedaan :
Ø Agama mengutamakan kepada pemikiran berdasarkan ketuhanan sedang Logika hanya berdasar kepada akal sehat saja
Ø Logika hanya berdasarkan akal sedang dalam agama ada hal-hal tertentu yang tidak tersentuh oleh akal
Ø Berfikir menurut agama adalah berdasarkan wahyu, sedang logika hanya berdasar akal saja.
Penerapan berfikir berdasar agama adalah pemikiran yang berdasarkan ketuhanan, artinya setiap pemikiran yang dilakukan apakah dilarang atau tidak bertentangan dengan apa yang Tuhan perintahkan. Sedang logika memikirkan sesuatu hal sebatas baik dan buruk saja tidak sampai kepada hal tersebut. Berfikir berdasar logika kadang terasa amat dangkal, barangkali akal manusia memang diciptakan untuk mengetahui hal yang sedikit saja. Walau pemikiran secara abstrak dapat tertuang dalam media-media baik lisan oleh tulisan, namun pemikiran-pemikiran yang tidak logis seperti apaka Tuhan itu ada, bagaimana Dia ada, apakah akhirat itu ada, tidak terpikir oleh logika, hanya keimanan lah yang mampu menerimanya.
Betapapun hebatnya seseorang dalam berlogika, dia tak akan mampu mengetahui hal-hal yang ghaib tanpa melalui keimanan. Iman disini memegang peranan yang amat kuat dalam penerapan berfikir apalagi menyangkut hal-hal yang abstrak. Satu hal lagi yang membedakan antara penerapan berfikir berdasar agama dan logika adalah dalam penerapan berfikir berdasar agama selain berdasarkan akal fikiran berdasarkan pula kepada kitab suci, yang merupakan firman Tuhan. Sedang penerapan berfikir secara logika hanya menyandarkan pada akal sehat saja. Kitab suci disini berperan sebagai kerangka berfikir serta sebagai tolok ukur dalam pengambilan keputusan.


BAB IV
KESIMPULAN

Dari uraian mengenai persamaan dan perbedaan penerapan berfikir berdasarkan logika dan agama dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Ø Agama maupun logika berdasarkan akal sehat dalam setiap proses berfikirnya
Ø Penerapan berfikir berdasar agama selain berdasar akal sehat seperti logika juga bersandar pada keimanan kepada Tuhan
Ø Berfikir secara logis amat diperlukan dalam menyelesaikan setiap permasalahan
Ø Logika dan agama adalah seiring sejalan, dengan agama mendorong kepada umatnya untuk berfikir secara logis
Ø Berfikir berdasarkan agama artinya melakukan proses kreatif dan kritis terhadap suatu permasalahan berdasar akal sehat dengan menyandarkan diri kepada Tuhan


PENUTUP

Penggunaan logika sangat bermanfaat dalam berfikir, selanjutnya penggunaan logika dalam berfikir harus terus dikembangkan agar terus berkembangnya ilmu pengetahuan serta kemampuan dalam menyelesaikan setiap permasalahan terus meningkat, namun jangan sampai melupakan agama sebagai suatu dasar dalam berfikir, karena hanya dengan agamalah, khusunya Islam kita dapat sukses dan selamat dalam kehidupan didunia ini bahkan sampai kehidupan diakhirat kelak. Ingat ilmu tanpa agama adalah buta, dan agama tanpa ilmu adalah pincang, maka kembangkanlah ilmu dengan terus berpegang teguh kepada nilai-nilai agama.

No comments:

Post a Comment